Kamis, 14 Januari 2016

Analisis Tablet untuk Siswa Berdasarkan Dimensi Sosiologis




 
Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk mengikutinya baik secara disadari maupun tidak. Perkembangan zaman, khususnya dalam bidang teknologi sudah tidak dapat dibendung lagi, dapat dilihat dengan semakin maraknya produk-produk hasil teknologi seperti komputer, smartphone, laptop, tablet, dan lain-lain. Teknologi tentunya sudah bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat, karena teknologi sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat, masyarakat sudah sangat dimanjakan dengan manfaat teknologi yang sangat beragam untuk menjalankan aktivitasnya. Walaupun manfaat teknologi sendiri terkadang menimbulkan dampak negative bagi penggunanya, ditambah lagi dengan sangat mudahnya menggunakan teknologi yang saat ini ada, tanpa memperhatikan siapa saja penggunanya dan  apa saja dampak yang akan ditimbulkan nantinya.
Manfaat teknologi yang sangat beragam membuat hampir seluruh aktivitas manusia selalu bersinggungan dengan teknologi, seperti baru-baru ini berita bahwa pemerintah akan mengganti buku teks dengan tablet dalam dunia pendidikan di Indonesia sedang banyak diperbincangkan. Kebijakan yang dicetuskan pertama kali oleh Anies Baswedan ini, tentunya masih memikirkan apa saja hal-hal yang perlu dibenahi sebelum kebijakan ini benar-benar akan diterapkan, karena masih banyak permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia lainnya yang harus dibenahi. Sehingga apabila kebijakan ini benar-benar diterapkan dapat meminimalisasikan terjadinya permasalah di lapangan.
Tujuan kebijakan pemerintah ini tentunya bukan tanpa alasan, Pendidikan di Indonesia yang dilihat kurang merata antara pendidikan di kota besar dan kota kecil, membuat pemerintah mencari jalan keluar untuk masalah tersebut, dan salah satunya adalah dengan menggganti tablet untuk siswa. Selain itu, para pelajar di kota kecil dilihat jarang yang mengerti tentang teknologi, penggunaan teknologi lebih banyak digunakan oleh para siswa yang berada di kota kecil. Sehingga pemerintah berusaha menyetarakan ini, dan para siswa di kota kecil bisa memanfaatkan teknologi yang ada di masa kini. Selain alasan-alasan di atas, pergantian pemerintahan baru di Indonesia merupakan salah satu alasan munculnya kebijakan ini.
Definisi Tablet
PC Tablet atau yang biasa diringkas dengan sebutan tablet adalah suatu portable komputer lengkap yang seluruhnya berupa layar sentuh datar. Ciri utama yang paling menonjol pada sebuah tablet adalah penggunaan layar sebagai peranti masukan yang menggunakan ujung jari tangan, stilus, maupun pena digital. Selain itu, ukuran tablet relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan komputer pc atau laptop. Selain menggunakan layar sentuh tablet juga bisa dioperasikan dengan menggunakan keyboard dan mouse bongkar pasang seperti halnya dengan komputer biasa. Penggunaan alat tambahan ini tentunya harus didukung oleh tablet yang digunakan dan hanya beberapa jenis tablet yang mendukung alat tambahan ini. (www.tablet-bb.blogspot.com,2014)
Elisa Grey disebut sebagai penemu perangkat yang kini disebut PC Tablet. Perangkat yang dibuat oleh Elisa ini berguna untuk mengenali tulisan tangan. Namun alat itu bukan disebut sebagai PC Tablet tetapi Teleautograph.
Pada tahun 1945 Veenear Bush mengembangkan penemuan Elisa dengan perangkat yang diberi nama memex. Namun alat ini begitu besar sebesar meja. Alat ini berfungsi untuk merekam tulisan dan gambar.
Mulai tahun 1950 berbagai produsen mulai mengembangkan konsep ini dan hasilnya adalah perangkat tambahan pengenal tulisan. Jadi pada saat itu adalah penemuan pena stylush yang melengkapi komputer. Lambat laun konsep-konsep semacam ini dikembangkan lagi oleh Bill Gates tepatnya di era tahun 2000-an hingga hasilnya adalah gadget yang disebut PC tablet atau biasa disingkat tablet. (Bila Si Kecil Bermain Gadget, hlm. 10-11)
Tablet Untuk Siswa
Dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan dasar dan menengah tengah mendapatkan kabar baru, bukan soal pergantian kurikulum, melainkan akan digantinya buku teks atau buku pelajaran dengan tablet. Beragamnya manfaat tablet, membuat seluruh aktivitas manusia selalu bersinggungan dengan produk teknologi yang satu ini. Bagi sebagian orang tablet sudah menjadi sebuah kebutuhan, karena sangat menunjang pekerjaannya.
Atas dasar itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengeluarkan kebijakan baru mengenai penggantian buku teks dengan tablet melalui program e-sabak. Menurut Anies, nama sabak merupakan alat yang sering digunakan oleh orang tua zaman dahulu, yakni media berupa papan yang kemudian dituliskan dengan kapur. Saat ini perangkat sabak terakomodasi pada perangkat mobile jenis tablet.
Ide mengubah buku dengan tablet bergulir dengan mempertimbangkan aktivitas belajar mengajar di Indonesia yang tergolong tinggi. Mendikbud, Anies Baswedan membeberkan saat ini setidaknya ada 208.000 sekolah di wilayah Indonesia. Setiap harinya, aktivitas ini melibatkan 50 juta anak didik dan 3 juta guru. Anies menyebutkan peralihan buku ini secara detail yaitu mengubah buku pelajaran yang berbasis fisik menjadi buku elektronik atau e-book. Fungsi itu bisa diakomodasi oleh tablet atau perangkat elektronik lainnya. ( www.fokus.news.viva.co.id , 2015)
Kebijakan pemerintah mengenai penggantian buku teks ke tablet ini tentu sudah mempertimbangkan banyak hal, karena kebijakan ini pasti akan menimbulkan dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif bagi siswa yang menggunakan. Sebelum kebijakan ini diterapkan, pemerintah tentu sudah memiki strategi-strategi yang nantinya akan dijalankan untuk menghilangkan dampak negatif tersebut. Sehingga tujuan awal dibentuknya kebijakan ini akan tercapai.
Saat ini sejumlah sekolah di Depok sudah mulai menerapkan teknologi jenis tablet dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa Sekolah Dasar (SD) di Depok saat ini sudah banyak yang memiliki tablet, namun kebanyakan dari mereka menggunakannya untuk bermain games. Sehingga dengan adanya kebijakan ini, diharapkan dapat mengalihkan minat mereka yang tadinya tablet hanya untuk bermain games bisa digunakan untuk belajar.
Dalam menerapkan kebijakan ini, pemerintah tidak akan memberikan tablet kepada siswa secara cuma-cuma atau gratis, karena apabila pemerintah memberikannya secara gratis maka rasa tanggung jawab siswa akan berbeda. Siswa akan diwajibkan untuk membeli tablet tersebut secara pribadi, sehingga akan lebih menjaga. Namun bagaimana sistem pembayarannya belum dijelaskan, apakah siswa harus membayar setengah atau ada perbedaan harga bagi siswa yang mampu dan yang tidak mampu tergantung pemerintah setempat. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, agar apabila nantinya diterapkan dapat diterapkan secara adil. (www.teknologi.news.viva.co.id, 2015)
Nantinya, program ini akan diprioritaskan untuk siswa yang berada di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) agar bisa mendapatkan kualitas pengetahuan dan informasi yang sama dengan mereka yang berada di perkotaan. Belum ada kabar pasti kapan program ini akan mulai digalakkan. Namun, sekali lagi, faktor infrastruktur adalah halangan terbesar bagi program ini, seperti ketersediaan listrik di sekolah-sekolah pedalaman. (www.techinasia.com, 2015)
Salah satu di antara fungsi tablet PC yang paling menjanjikan dalam dunia pendidikan saat ini adalah menerapkannya pada pendidikan anak-anak cacat. Layar sentuh tablet telah terbukti menarik bagi anak-anak, karena memberikan kepuasan instan, kontrol yang lebih, dan kebebasan. Hal yang sama juga terbukti dengan anak-anak dengan keterbatasan fisik tertentu. Anak-anak yang memiliki keterampilan motoric terbatas menemukan layar sentuh lebih mudah untuk digunakan daripada desktop PC yang memerlukan penggunaan mouse. Untuk siswa dengan gangguan penglihatan, layar yang tajam dan terang akan membuat lebih mudah bagi mereka untuk membacanya. Dan laporan positif terakhir mengenai fungsi tablet PC menunjukan bahwa siswa yang menghadapi soal matematika menyukai memecahkan masalah melalui tablet PC karena lebih mneyenangkan daripada bekerja dengan buku pelajaran. (www.b02-tech.blogspot.com, 2012)
SABAK adalah sistem aplikasi belajar kreatif atau tablet pintar untuk pelajar tingkat SD (Sekolah Dasar) dam sederajat yang dikeluarkan oleh PT Permata Equator Media melalui OTRANS Media Edukasi pada tahun 2012 lalu. Tablet pintar ini diyakini akan memudahkan para guru dalam mengakses berbagai konten pendidikan. E-book paket, LKS (Lembar Kerja Siswa), penilaian, laporan hasil belajar, game edukasi, serta materi belajar interaktif dan aneka fitur pendidikan sudah disematkan.
Dimensi Sosiologis Konteks
Kebijakan pemerintah yang akan mengganti buku teks dengan e-sabak, tentu sudah mempertimbangkan banyak hal. Pergantian pemerintahan baru di Indonesia merupakan salah satu alasan mengapa kebijakan ini muncul, pemerintahan saat ini memiliki pemikiran yang berbeda dengan pemerintahan sebelumnya. Saat ini pendidikan di Indonesia lebih condong ke dalam pendidikan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mengembangkan pendidikan.
Dalam Renstra (Rencana Strategi) Depdiknas (Depaertemen Pendidikan Nasional) 2005 – 2009 dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik,  peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi manajemen secara terintegrasi. (www.teknologikinerja.wordpress.com,2010)
Penerapan kebijakan ini direncanakan akan lebih dikhususkan untuk para pelajar di 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), alasan pemerintah lebih mengkhususkan kebijakan ini untuk pelajar 3T karena ini merupakan salah satu inisiatif Mendikbud Anies Baswedan dalam bidang pendidikan, yaitu dengan mengirimkan para pengajar muda untuk mengajar di sekolah-sekolah di desa terpencil di penjuru negeri. Sehingga dengan melihat pengalaman sebelumnya, Anies Baswedan ingin memberikan sarana dan prasarana yang lebih baik.
Apabila kebijakan ini akan diterapkan khusus untuk pelajar daerah 3T, lalu bagaimana dengan para pelajar di kota besar yang sudah terlanjur meggunakan tablet? Untuk pelajar di kota besar yang sudah terlajur menggunakan tablet lebih baik terus dimanfaatkan, hanya saja perlu pengawasan dari pihak-pihak terkait, seperti orang  tua, guru, dan lain-lain. Sehingga antara pelajar di kota besar maupun kota kecil sama-sama bisa memanfaatkan teknologi masa kini. Selain itu, pendidikan di Indonesia juga bisa merata.
Penggunaan ICT (Information Communication and Technology) dalam proses pembelajaran dan pendidikan dapat memperlancar atau menghambat dinamika para siswa dalam ruang kelas. Penggunaan ICT oleh peserta didik perlu diarahkan oleh guru, sehingga proses dan tujuan pembelajaran dan pendidikan dapat dicapai seperti yang diharapkan. Demikian pula dengan dinamika proses dan pencapaian dalam proses pembelajaran dan pendidikan harus dikonstruksi oleh guru. (Pengantar Sosiologi Pendidikan, hlm. 121)
Dimensi Sosiologis Aktivitas
Dalam penerapannya, pemerintah nantinya akan bekerja sama dengan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), yaitu Rudiantara. Menkominfo sendiri sudah memikirkan konsep-konsep yang akan di buat nantinya. Menkominfo sudah memikirkan konsep tablet yang cocok digunakan siswa maupun guru. Selain bekerja sama dengan Kemenkominfo, Kemendikbud juga bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata dan PT Telkom untuk memfasilitasi jaringan yang ada di daerah-daerah terpencil.
Mengingat fase elektronik ini untuk kepentingan pendidikan, Menkominfo sudah mengatasi konten-konten yang membahayakan siswa sekolah, Menkominfo sudah memblokir situs yang tidak boleh diakses masyarakat dengan pertimbangan, kepribadian, keamanan, dan lainnya. Menkominfo sendiri sudah menyiapkan white list. White list ditujukan untuk dunia pendidikan. Sebenarnya konsep seperti ini (white list) berasal dari pesantren, tapi white list ditujukan untuk sekolah-sekolah yang sudah bersih dari situs-situs yang tidak diperkenankan. (www.fokus.news.viva.co.id, 2015)
Dalam menerapkan kebijakan ini, pemerintah tidak akan memberikan tablet kepada siswa secara cuma-cuma atau gratis, karena apabila pemerintah memberikannya secara gratis maka rasa tanggung jawab siswa akan berbeda. Siswa akan diwajibkan untuk membeli tablet tersebut secara pribadi, sehingga akan lebih menjaga. Namun bagaimana sistem pembayarannya belum dijelaskan, apakah siswa harus membayar setengah atau ada perbedaan harga bagi siswa yang mampu dan yang tidak mampu tergantung pemerintah setempat. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, agar apabila nantinya diterapkan dapat diterapkan secara adil. (www.teknologi.news.viva.co.id, 2015)
Sebelum kebijakan ini diterapkan, pemerintah harus mempersiapkannya secara matang dari infrastruktur yang akan mendukungnya, dan harus memikirka dampak-dampak yang nantinya akan ditimbulkan. Apabila terdapat dampak negative di dalamnya, maka pemerintah harus bisa mencegah sebelumnya. Selain itu, pemerintah harus mengadakan pengawasan terhadap penerapan kebijakan ini, pemerintah harus bisa memastikan tablet tersebut bisa dimiliki siswa secara adil tanpa ada yang dirugikan. Pemerintah juga harus terus mengevaluasi apakah penggunaan tablet dalam proses pembelajaran berjalan efektif, karena apabila tidak pemerintah harus mencari jalan keluarnya.
Dimensi Sosiologis Pengetahuan
Penggunaan e-sabak dalam pendidikan diharapkan bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Selama ini dirasa terjadi ketimpangan kualitas pendidikan antara sekolah-sekolah yang ada di kota besar dan kota, sehingga dengan adanya e-sabak diharapkan akan mengatasi permasalahan tersebut. Siswa yang ada di kota besar memang sangat mudah dan sudah terbiasa menggunakan tablet dalam kesehariannya walaupun hanya sekedar untur bermain game, namun berbeda dengan siswa atau anak-anak yang ada di kota kecil, mereka sangat asing terhadap tablet, apabila ada yang biasa menggunakannya pasti hanya beberapa saja. Sehingga dengan adanya e-sabak juga bisa mengenalkan tablet dan teknologi pada umumnya kepada siswa di kota-kota kecil.
Untuk menjelaskan hal ini, teori konsensus menghimpun konsep-konsep dalam pendekatan mereka mengenai kehidupan sosial norma, nilai, sosialisasi, dan kebudayaan. Dimulai dari asumsi dasar bahwa perilaku dan keyakinan disebabkan oleh sosialisasi ke dalam aturan-aturan khusus. Anak-anak kota tumbuh dalam latar sosial yang di mana gaya hidup masyarakatnya sangat diperhatikan, pengaruh kebudayan atau kebiasaan anak kota yang dengan mudahnya dapat memperoleh tablet dan mengaksesnya dengan sangat mudah, membuat anak kota lebih dulu mengenal tablet, dan bagi anak kota besar tablet merupakan hal yang lumrah dan sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
Sebaliknya, latar belakang anak di kota kecil yang tumbuh di latar sosial yang tidak terlalu memperhatikan gaya hidup masyarakatnya, sehingga anak kota kecil tidak terlalu mengenal bagaimana tablet, dan hanya beberapa orang yang memilikinya. Selain karena tablet dirasa bukan barang yang penting juga karena tidak mudah untuk mengaksesnya di daerah terpencil. Sehingga ini merupakan salah satu analisis teori konsensus, karena antara kota besar dan kota kecil memiliki kebudayaan atau latar sosial yang berbeda. (Pengantar Teori-Teori Sosial, hlm. 11)
Dimensi Sosiologis Kualitas
Dalam menerapkan kebijakan ini pemerintah juga harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang nantinya akan berdampak pada siswa dan guru sendiri. Sehingga pemerintah harus bisa mencegah hal-hal negative yang akan timbul apabila kebijakan ini benar-benar akan di terapkan pada siswa, karena apabila pemerintah hanya memikirkan kelebihan atau manfaatnya saja, maka ini akan menimbulkan dampak buruk. Berikut merupakan kelebihan penggunaan tablet atau e-sabak dalam pendidikan:
1.      Siswa di daerah terpencil tidak gagap teknologi dan mampu menggunakan teknologi sesuai perkembangan zaman.
2.      Lebih praktis, karena apabila menggunakan e-sabak maka di dalamnya bisa memuat seluruh mata pelajaran yang dibutuhkan dan tidak perlu membawa banyak buku teks.
3.      Menambah wawasan siswa maupum guru, siswa dan guru yang sebelumnya belum paham atau mengerti tentang tablet, dengan adanya kebijakan ini maka siswa dan guru dituntut untuk bisa mengoperasikan tablet, sehingga ini menjadi wawasan baru bagi guru dan siswa.
Kekurangna penggunaan tablet atau e-sabak dalam pendidikan adalah, sebagai berikut:
1.      Kesehatan mata siswa akan terganggu, kerja mata saat menggunakan gadget adalah memfokuskan pada teks dengan smartphone atau tablet hal itu jika dibiarkan akan menyebabkan sakit kepala dan tegang pada kelopak mata.
2.      Kesehatan tangan terganggu, posisi tangan saat penggunaan layar touchscreen akan mempengaruhi kesehatan tangan. Semakin lama pengguna menekuk tangan maka semakin rawan pergelangan tangan cedera.
3.      Apabila terjadi kerusakan, maka membutuhkan biaya perbaikan yang tidak murah atau sedikit.
4.      Tidak semua siswa dan guru dapat mengoperasikannya, sehingga butuh pelatihan.

Daftar Pustaka:
Iswidharmanjaya, Derry. 2014. Bila Si Kecil Bermain Gadget: Panduan bagi orang tua untuk me
            mahami faktor-faktor penyebab anak kecanduan gadget.
Yogyakarta: Bisakimia.
Awaluddin, Pengertian Tablet dan Fungsi Umum Tablet. 2015. http://tabletbb.blogspot.com/2014/01/pengertian-tablet-dan-fungsinya.html, diakses pada tanggal 27 April pukul
            10:34.
Ngaiz, Amal Nur, dkk. Buku diganti Tablet, Bumerang bagi Pendidikan. 2015. http://fokus.news.viva.co.id/news/read/576681-buku-diganti-tablet-bumerang-bagi-pendidikan.
           
Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 07.58.
Alia, Siti Sarifah, dkk. Menkominfo Tinjau Penggunaan Tablet di Sekolah. 2015.
           
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/582540-menkominfo-tinjau-penggunaan-tablet-di-sekolah, Diakses pada tanggal 2 Mei 2015 pukul 18:55.
Husada, T.R. Kemendikbud umumkan program e-Sabak, perangkat tablet pengganti buku
            pelajaran siswa Indonesia.
2015.
http://id.techinasia.com/kemendikbud-umumkanprogram-esabak-perangkat-tablet-pengganti-buku-pelajaran-siswa-indonesia/. Diakses
            pada tanggal2 Mei 2015 19:35.
Kulo-Tech. Pemanfaatan Tablet Bagi Pendidikan. 2012.      http://b02tech.blogspot.com/2012/07/pemanfaatan-tablet-bagi-pendidikan.html, diakses pada tanggal 2 Mei 2015 pukul 20:00.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayayasan Pustaka Obor Indonesia

5 komentar:

  1. semoga kebijakan dari pemerintah tersebut juga diimbangi dengan fasilitas yang memadai juga,,,

    BalasHapus
  2. harus dipertimbangkan juga dampak apa saja yang akan ditimbulkan..

    BalasHapus
  3. semoga postingnya memberikan manfaat yang baik bagi yang membaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, semoga bisa terus memberikan info yg lebih bermanfaat :)

      Hapus
  4. Jackpotcity Casino Site - Lucky Club
    Jackpotcity Casino is a Microgaming-powered online casino that accepts US players. luckyclub.live We want to help you to enjoy your favourite casino games at JackpotCity.

    BalasHapus