Video sebagai
media pembelajaran, yaitu sebuah alat dalam bentuk software yang digunakan
sebagai media komunikasi untuk memberikan kejelasan informasi. (Media Pembelajaran,
hlm. 4 dan 57). Video sebagai media pembelajaran
lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, misalnya dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ketika siswa diberi tugas untuk mengamati
pertumbuhan kecambah. Sehingga dengan adanya video sebagai media pembelajaran,
guru dapat memberikan video bagaimana proses pertumbuhan dengan waktu yang
singkat namun materi dapat tersampaikan.
Serba Serbi Info
Serba Serbi Informasi tentang Teknologi, Pendidikan, Pembelajaran, dan Info-info menarik serta bermanfaat lainnya.
Kamis, 14 Januari 2016
Analisis Tablet untuk Siswa Berdasarkan Dimensi Sosiologis
Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut
masyarakat untuk mengikutinya baik secara disadari maupun tidak. Perkembangan
zaman, khususnya dalam bidang teknologi sudah tidak dapat dibendung lagi, dapat
dilihat dengan semakin maraknya produk-produk hasil teknologi seperti komputer,
smartphone, laptop, tablet, dan lain-lain. Teknologi tentunya sudah bukan hal
yang asing lagi bagi masyarakat, karena teknologi sudah menjadi bagian dari
keseharian masyarakat, masyarakat sudah sangat dimanjakan dengan manfaat
teknologi yang sangat beragam untuk menjalankan aktivitasnya. Walaupun manfaat
teknologi sendiri terkadang menimbulkan dampak negative bagi penggunanya,
ditambah lagi dengan sangat mudahnya menggunakan teknologi yang saat ini ada,
tanpa memperhatikan siapa saja penggunanya dan
apa saja dampak yang akan ditimbulkan nantinya.
Manfaat teknologi yang sangat beragam membuat hampir
seluruh aktivitas manusia selalu bersinggungan dengan teknologi, seperti
baru-baru ini berita bahwa pemerintah akan mengganti buku teks dengan tablet
dalam dunia pendidikan di Indonesia sedang banyak diperbincangkan. Kebijakan
yang dicetuskan pertama kali oleh Anies Baswedan ini, tentunya masih memikirkan
apa saja hal-hal yang perlu dibenahi sebelum kebijakan ini benar-benar akan
diterapkan, karena masih banyak permasalahan-permasalahan pendidikan di
Indonesia lainnya yang harus dibenahi. Sehingga apabila kebijakan ini
benar-benar diterapkan dapat meminimalisasikan terjadinya permasalah di
lapangan.
Tujuan kebijakan pemerintah ini tentunya bukan tanpa
alasan, Pendidikan di Indonesia yang dilihat kurang merata antara pendidikan di
kota besar dan kota kecil, membuat pemerintah mencari jalan keluar untuk
masalah tersebut, dan salah satunya adalah dengan menggganti tablet untuk
siswa. Selain itu, para pelajar di kota kecil dilihat jarang yang mengerti
tentang teknologi, penggunaan teknologi lebih banyak digunakan oleh para siswa
yang berada di kota kecil. Sehingga pemerintah berusaha menyetarakan ini, dan
para siswa di kota kecil bisa memanfaatkan teknologi yang ada di masa kini.
Selain alasan-alasan di atas, pergantian pemerintahan baru di Indonesia
merupakan salah satu alasan munculnya kebijakan ini.
Rabu, 13 Januari 2016
Persepsi dalam Komunikasi
1. PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi pada hakikatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Seperti yang dikatakan oleh
David Krech:
(Peta kognitif individu itu bukanlah penyajian
potografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi
pribadi yang kurang sempurna mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai dengan
kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaannya. Setiap pemahaman (perceiver) adalah pada tingkat tertentu
bukanlah seniman yang representative, karena lukisan gambar tentang kenyataan
itu hanya menyatakan pandangan dan realitas inividunya)
Secara ringkas pendapat Krench tersebut dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang komplek dan
menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda
dari kenyataanya.
Senin, 14 Desember 2015
Pembelajaran Kolaboratif
A. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
(1994), kolaboratif dan kooperatif diartikan sama dengan bersifat kerjasama. Dalam
konteks pembelajaran Robert et. al mengatakan, pembelajaran kolaboratif
adalah pembelajaran yang asaskan koperatif. Sehingga untuk mewujudkan
pembelajaran kolaboratif diawali dengan membiasakan siswa dengan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang didisain oleh guru, akan menjadi
awal perubahan di kelas. Jika siswa terbiasa bekerjasama, saling
tergantung satu dengan yang lain untuk memperoleh pengetahuan, maka siswa akan
berkembang menjadi siswa-siswa kolaboratif.
Schrage (1990) menyatakan
pembelajaran kolaboratif melebihi aktivitas bekerjasama (kooperatif) karena ia
melibatkan kerjasama hasil penemuan dan hasil yang didapatkan daripada sekedar
pembelajaran baru. Menurut Jonassen (1996), pembelajaran kolaboratif juga dapat
membantu siswa membina pengetahuan yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan
pembelajaran secara individu. Selain itu, dengan menjalankan aktivitas dan
projek pembelajaran secara kolaboratif secara tidak langsung
kemahiran-kemahiran seperti bagaimana berkomunikasi akan dipelajari oleh
pelajar.
Kolaboratif dapat dilakukan di dalam
kumpulan yang besar maupun kumpulan yang terdiri dari empat atau lima orang
pelajar. Sedangkan pembelajaran kooperatif hanya kelompok kecil pelajar yang
bekerja dan memahami secara bersama. Jadi pembelajaran koperatif adalah
satu bentuk kolaboratif, yaitu kelompok besar belajar bersama untuk
mencapai hasil yang disepakati bersama (Johnson & Johnson, 1989).
Hasil penelitian menunjukkan keunggulan pembelajaran kolaboratif, diantaranya dapat meninggikan hasil belajar kelompok dan individu yang lebih mengarah pada metakognitif, munculnya ide–ide baru dan pendekatan penyelesaian masalah yang sebenarnya di tengahkan. Selain itu kelas yang dikelola secara kolaboratif lebih termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu, ada perasaan membantu orang lain, berkompetisi secara sehat dan bekerja secara individu lebih terarah.
Hasil penelitian menunjukkan keunggulan pembelajaran kolaboratif, diantaranya dapat meninggikan hasil belajar kelompok dan individu yang lebih mengarah pada metakognitif, munculnya ide–ide baru dan pendekatan penyelesaian masalah yang sebenarnya di tengahkan. Selain itu kelas yang dikelola secara kolaboratif lebih termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu, ada perasaan membantu orang lain, berkompetisi secara sehat dan bekerja secara individu lebih terarah.
Senin, 07 Desember 2015
Sumber Daya Manusia (SDM) di Bidang TIK: Guru TIK di Kelas
Sebelum pemerintahan di Indonesia berganti,
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan
direspons oleh Kementerian Pendidikan Nasional dengan memasukkan kurikulum yang
bernuansa seluk beluk pengenalan TIK, dengan adanya kebijakan ini diharapkan siswa
memiliki bekal kemampuan untuk mengenal, memahami, dan berinteraksi dengan
dunia TIK, sehingga kelak pada saat lulus tidak buta sama sekali dengan dunia
TIK yang ada di masyarakat. Munir (Jurnal PTIK, No. 2, Desember 2009,3)
menyebut kontribusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan
di era globalisasi pendidikan dapat dipandang dari berbagai aspek, namun pada
dasarnya TIK dapat memfasilitasi suatu proses dalam mengumpulkan, mengelola,
menyimpan, menyelidiki, membuktikan dan menyebarkan informasi penting secara
efektif dan efisien agar dengan informasi yang benar, cepat akurat dan
transfaran sehingga dunia pendidikan di Indonesia menjadi kompetitif dan
memiliki daya saing yang kuat. Atas dasar itu, mata pelajaran TIK telah masuk
pada kurikulum resmi sekolah sejak tahun 2004.
Mata pelajaran TIK diajarkan sebagai salah satu mata
pelajaran keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukuan secara terpisah
atau bersama-sama dengan mata pelajaran keterampilan lainnya. Mata pelajaran
TIK dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi
pesatnya perkembangan tersebut. Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan,
dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk
menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang
sangat cepat. Mulyasa (2013: 172) menyatakan
bahwa terdapat perbedaan esensial antara kurikulum 2013 dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khusunya dalam Sekolah Menengah Pertama (SMP)
salah satunya menjelaskan bahwa pada KTSP 2006 TIK adalah mata pelajaran
sendiri, sedangkan pada kurikulum 2013 TIK merupakan sarana pembelajaran,
digunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain. Sehingga saat ini TIK
di SMP sudah diganti bukan sebagai mata pelajaran melainkan sebagai media
pembelajaran.
Rusman, DKK (2013: 90-91) Dalam mata pelajarana TIK
memiliki beberapa ruang lingkup, diantaranya adalah: (a) Perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memanipulasi,
dan menyajikan informasi. (b) Penggunaan alat bantu untuk memproses dan
memindah data dan satu perangkat ke perangkat lainnya. Tujuan mata pelajaran
TIK diajarkan kepada peserta didik adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) Memahami TIK (2) Mengembangkan keterampilan untuk
memanfaatkan TIK (3) Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan
mandiri dalam penggunaan TIK (4) Menghargai karya cipta di bidang TIK. Selain
tujuan diatas mata pelajaran TIK juga memiliki tujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan seperti (1) Pada aspek kognitif: Mengetahui, mengenal, atau
memahami TIK. Meningkatkan pengetahuan dan minat peserta didik pada teknologi,
serta meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah sekaligus persiapan untuk
pendidikan, pekerjaan, dan peran masyarakat pada masa yang akan datang. (2) Aspek
afektif: Dapat bersikap kritis, kreatif, apresiatif, dan mandiri dalam
penggunaan TIK. Selain itu juga dapat menghargai karya cipta di bidang TIK. (3)
Aspek Psikomotorik: Dapat terampil memanfaatkan TIK untuk proses pembelajaran
dan dalam kehidupan sehari-hari. Membentuk kemampuan dan minat peserta didik
terhadap teknologi.
Langganan:
Postingan (Atom)