1. PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi pada hakikatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan
penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Seperti yang dikatakan oleh
David Krech:
(Peta kognitif individu itu bukanlah penyajian
potografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi
pribadi yang kurang sempurna mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai dengan
kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaannya. Setiap pemahaman (perceiver) adalah pada tingkat tertentu
bukanlah seniman yang representative, karena lukisan gambar tentang kenyataan
itu hanya menyatakan pandangan dan realitas inividunya)
Secara ringkas pendapat Krench tersebut dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang komplek dan
menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda
dari kenyataanya.
Menurut Duncan,
Persepsi itu dapat dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi dalam ilmu perilaku
khususnya psikologi. Istilah ini digunakan untuk mengaitkan perbuatan yang
lebih dari sekedar mendengarkan, melihat, atau merasakan sesuatu. Menurut Guru
besar University of Alabama ini, persepsi yang signifikan ialah jika diperluas
di luar jangkauan lima indera, dan merupakan suatu unsur yang penting di dalam
penyesuaian perilaku manusia.
Menurut Luthans,
persepsi itu adalah lebih kompleks dan luas kalau dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang
sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi
sangay tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali bisa
menyaring, menyederhanakan, atau mengubah secara sempurna data tersebut. Satu
contoh, cobalah lihat suatu objek yang diam tidak bergerak seperti rumah atau
patung. Lihatlah objek tersebut dari satu sisi, kemudian putarlah pelan-pelan
pandangan ke sisi lain, maka yang nampak seakan-akan objek tersebut bergerak.
Contoh ini menunjukkan bahwa seseorang memahami (perceive) objek tersebut diam tidak bergerak. Tetapi
penginderaannya mengatakan bahwa objek tersebut bergerak. Dengan demikian prose
persepsi akan dapat mengatasi proses penginderaan. Dengan kata lain, proses
persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan
oleh seseorang.
Perbedaan antara persepsi dan penginderaan itu
menurut Luthans selanjutnya dikatakan contoh-contohnya sebagai berikut:
1. Bagian pembelian
membeli peralatan yang diperkirakan menurutnya adalah peralatan yang terbaik,
tetapi para insinyur menyatakan bahwa peralatan tersebut bukanlah peralatan
yang terbaik.
2. Seorang bawahan
menjawab suatu pernyataan berdasar apa yang ia dengar dari atasannya, bukan apa
yang senyatanya dikatakan atasannya.
3. Pekerja yang
sama mungkin dilihat oleh suatu pengawas sebagai pekerja yang terbaik, dan oleh
pengawas yang lain dikatakan yang terjelek.
4. Dagangan rambut
palsi (wig) dinilai oleh penjual mempunyai nilai kualitas
yang tinggi, tetapi pembeli mengatakan mempunyai kualitas yang rendah.
5. Seorang manajer
laki-laki dari suatu perusahaan besar merasakan bahwa wanita mempunya
kesempatan yang sama untuk menempati jabatan pimpinan, teteapi asisten manajer
kepegawaian putri merasakan tidak ada jalan baginya untuk bisa mendobrak suatu
jaringan kepemimpinan tingkat atas.
6. Kepala insinyur yang melakukan tur inspeksi ke suatu
pabrik selama seminggu dalam kereta lisrik merasaka bahwa di situ adalah tempat
kerja yang menyenangkan, tetapi sebaliknya pekerja operator penekan lubang
merasakan bahwa tempat itu setingkat dengan penjara.
Contoh-contoh ini merupakan sebagian dari ribuan
kejadian setiap harinya yang menunjukkan persepsi memainkan peranan yang pelik
dalam kehidupan organisasi.
Adapun penginderaan itu, cara kebiasaan yang bisa
dipergunakan untuk mengenalnya antara lain dengan dua aspek berikut ini:
1. Aspek penginderaan yang mempunyai kesamaan antara
satu orang dengan lainnya disebut kenyataan. Kejadian tertabraknya mobil dengan
truk di jalan raya disaksikan banyak orang sebagai kenyataan, walaupun
kemungkinan mereka tidak setuju satu sama lain mengenai sebab-sebab terjadinya
kecelakaan.
2. Penginderaan tersusun dalam cara yang unik bagi
kita. Aspek proses persepsi ini tergantung pada mekanisme biologis, pengalaman
masa lalu, dan perkiraan masa sekaranag. Kesemuanya ini berasal dari
kebutuhan-kebutuhan kita sendiri, pengalaman, nilai-nilai dan perasaan.
2. SUBPROSES DALAM PERSEPSI
Ada beberapa subroses dalam persepsi
ini, dan yang dapat digunakan sebagai bukti bahwa sifat persepsi itu merupakan
hal yang sangat komplek dan interaktif. Subproses pertama yang dianggap penting
ialah stimulus, atau situasi yang
hadir. Mula terjadinya persepsi diawali
ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau suatu stimulus. Situasi
yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung
atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh. Suatu
contoh seorang pegawai yang dihadapkan pada suatu situasi mempunyai atasan,
atau dihadapkan pada situasi lingkungan organisasi yang bersuasana formal
secara keseluruhannya. Baik satu maupu kedua situasi tersebut dapat menjadikan
bekerjanya proses persepsi pegawai tadi.
Subproses selanjutnya
adalah registrasi, interpretasi, dan
umpan balik (feedback). Dalam masa
registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik yang berupa
penginderaan dan syaraf seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar
dan melihat akan mempengaruhi persepsi. Dalam hal ini seseorang mendengar dan
melihat akan mempengaruhi persepsi. Dalam hal ini seseorang mendengar atau
melihat informasi terkirim kepadanya. Setelah terdaftarnya semua informasi yang
sampai kepada seseorang subproses berikut
yang bekerja ialah interpretasi. Interpretasi merupakan suatu aspek
kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses interpretasi ini tergantung
pada cara pendalaman (learning),
motivasi, dan kepribadian seseorang. Pendalaman, motivasi, dan kepribadian
sesoeorang akan berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, interprestasi
terhadap sesuatu informasi yang sama, akan berbeda antara satu orang dengan
orang lain. Disinilah letak sumber perbedaan pertama dari persepsi, dan itulah
sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting.
Subproses terakhir adalah umpan balik (feedback). Subproses ini dapat
memengaruhi persepsi seseorang. Sebagai contoh, seseorang karyawan yang
melaporkan hasil kerjanya kepada atasannya, kemudian mendapat umpan balik
dengan melihat raut muka atasannya. Kedua alisnya naik ke atas, bibirnya
mengatup rapat, matanya tidak berkedip, dan kemudian terdengar suaranya
bergumam seperti mau ditelan sendiri. Feedback
semacam ini membentuk persepsi tersendiri bagi karyawan. Bagi atasan
tersebut barangkali heran bahwa bawahannya mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik, dan diam-diam memujinya. Tetapi persepsi karyawan dia berbuat salah,
tidak membawa kepuasan bagi atasannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
persepsi seseorang, antara lain:
1.
Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala
sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi keadaan Psikologi. Sebagai contoh,
terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai
baying-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna. Atau suara merdu
Grace Simon yang menyanyikan lagu cinta, barangkali tidak menarik dan berkesan
bagi seseorang yang sulit mendengar atau tuli.
2.
Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap
anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang
khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan
persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu,
tidak ayal lagi kalau orang tuanya Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang
Muhammadiyah pula. Demikian pula seorang anak dalam kampanye pemilu mendukung
PDI, karena orang tuanya tokoh PDI tersebut.
3.
Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat
tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi
sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.
Pernah ada suatu penelitian di Amerika Serikat tahun 1974 dilakukan oleh
Brunner dan Goodman dalam bidang psikologi sosial. Kedua peneliti ini meminta kepada
anak-anak miskin dan kaya untuk menggambar bentuk uang ketengan (coin) 25 sen
(a quarter). Hasilnya menunjukkan bahwa
uang ketengan tersebut bagi anak-anak miskin ternyata dilukis lebih besar
dibandingkan dengan anak-anak kaya. Jelaslah bahwa uang ketengan assen bagi
anak-anak miskin sangat berharga dibandingkan dengan anak-anak kaya. Contoh
lain dari pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat tertentu ialah: orang-orang
Amerika Serikat dengan bebas bisa makan daging babi dan dianggapnya daging babi
adalah lezat. Tidaklah demikian bagi orang muslim di Indonesia yang taat tidak
akan mau makan daging babi yang lezat tadi untuk selama-lamanya.
3. PEMILIHAN PERSEPSI (Perceptual Selectivity)
Banyak dijumpai
bahwa seseorang pada setiap saat secara tetap dipengaruhi oleh berbagai
stimuli. Di kantor pada setiap hari dihadapkan pada gangguan suara pesawat
terbang yang melintasi di atas atap kantornya. Suara gemerisiknya mesin-mesin
ketik, suara pegawai yang mengobrol dengan tamunya, suara sepatu karyawan yang
berjalan melintasi dari satu meja ke meja lainnya, demikian pula suara sirine
mobil kebakaran atau ambulan yang melengking meminta jalan, merupakan sebagian
saja dari sekian banyak stimuli yang membantu indera pendengaran bekerja.
Banyak ratusan stimuli lainnya bisa mempengaruhi indera-indera lainnya,
ditambah dengan pengaruh situasi lingkungan secara keseluruhan. Dengan semua
stimuli yang melanda semua orang-orang itu, maka mereka memerlukan menyeleksi
semuanya itu sehingga diperoleh suatu stimuli yang tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Bagaimana dan mengapa mereka harus menyelidiki semua stimuli
tersebut, jawabannya akan dapat diperoleh pada prinsip-prinsip pemilihan
berikut ini.
Faktor-faktor Perhatian
dari Luar
Berbagai macam
faktor-faktor perhatian yang berasal dari luar maupun dari dalam dapat
mempengaruhi proses seleksi persepsi.
Adapun faktor-faktor
dari luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain:
1. Intensitas, prinsip
intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar pula
hal-hal itu dapat dipahami (to be
perceived). Suara keras, bau yang tajam, sinar yang terang akan lebih
banyak atau mudah diketahui. Pembuat iklan akan menggunakan intensitas untuk
memperoleh perhatian para konsumen. Seperti misalnya warna yang menyolok
menghiasi gambar-gambar iklan baik dulu ketika TV masih mempunyai ruang niaga,
maupun di majalah dan Koran.
Intensitas dipergunakan
pula oleh seorang pimpinan dengan bersuara lebih keras agar mampu menarik
perhatian yang dipimpin. Seorang guru berteriak dan memukul meja untuk
menenangkan murid-muridnya di kelas. Dengan berteriak guru tersebut tidak hanya
mempergunakan intensitas suara, melainkan karena dorongan kejiwaan yang suka
marah, peka, dan mudah tersinggung. Oleh karena itu, banyak unsur-unsur yang
mempengaruhi persepsi itu, banyak variable yang mempengaruhi dan ikut berbicara
dalam menentukan persepsi seseorang. Sebagaimana banyak dikatakan oleh
teori-teori psikologi, bahwa prinsip persepsi itu tidak berdiri sendirian di
dalam rangka menjelaskan perilaku seseorang. Prinsip intensitas ini hanyalah
merupakan salah satu faktor kecil dalam proses persepsi, dan merupakan suatu
bagian dari proses kognitif, dan seterusnya hanya pula merupakan sebagian yang
bisa masuk ke dalam perilaku manusia.
2. Ukuran, faktor ini sangat dekat dengan prinsip
intensitas di atas. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu
objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami. Misal dalam
membaca laporan pimpinan akan memberikan perhatian pada daftar isi atau
judul-judul dalam laporan-laporan yang ditulis dengan huruf-huruf besar dan
diberi garis bawah.
Bentuk ukuran ini akan
mempengaruhi persepsi seseorang, dan dengan melihat bentuk ukuran sesuatu objek
orang akan mudah tertarik perhatiannya yang pada gilirannya dapat membentuk
persepsinya.
3. Keberlawanan atau kontras, prinsip keberlawanan ini
menyatakan bahwa stimuli luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya
atau sekelilingnya atau yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan
menarik banyak perhatian. Contohnya, seorang pekerja yang bergulat dengan
mesin-mesin pabrik yang suaranya memekakan telinga. Alun suara mesin-mesin
pabrik itu dikenal setiap harinya. Maka pada suatu ketika terdapat salah satu
mesin yang tidak bekerja, dengan demikian pekerja tadi akan dengan cepat
mengetahui ketidaberesan tersebut. Dengan latar belakang suara yang dikenali
setiap harinya pekerja terebut mengetahui ada salah satu mesin pabrik yang
tidak bekerja. Dari contoh tersebut dapat dimengerti bahwa persepsi seseorang
dibentuk dan dipengaruhi oleh faktor di luar diri individu yang menunjukkan
adanya keberlawanan objek dengan latar belakang atau sekelilingnya.
4. Pengulangan (repetition),
dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan
memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat.
Penjelasan dari pernyataan ini seperti yang dikatakan oleh Clifford Morgan¸ bahwa:
(Suatu stimulus yang
diulangi mempunyai suatu kesempatan yang lebih baik untuk menangkap kita selama
satu periode yakni ketika perhatian kita terhadap tugas pekerjaan memudar.
Sebagai tambahan, pengulangan itu akan menambah kepekaan kita atau kewaspadaan
terhadap stimulus)
Dengan demikian seorang
bawahan ada baiknya kalau mendapat pengarahan lebih dari sekali terhadap
tugas-tugas pekerjaan yang sama. Prinsip ini menganjurkan kepada setiap atasan
atau pimpinan untuk tidak jemu-jemunya memberikan pengarahan berulang kali,
termasuk didalamnyab tugas-tugas yang ringanpun. Kebosanan pegawai barangkali
akan timbul ketika mendapat penjelasan yang berulang-ulang dari pimpinannya.
Tetapi kebosanan itu akan memudar dengan sendirinya, jika mengetahui itu
satu-satunya jalan untuk mendengarkan penjelasan dari atasannya.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa pengulangan merupakan daya tarik dari luar tentang
sesuatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi seseorang.
5. Gerakan (Moving),
prinsip gerakan ini menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian
terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari
objek yang diam. Dosen yang mengajar hanya berdiri di mimbar atau hanya duduk
dikursi membacakan bahan-bahan kuliahnua barangkali tidak akan menarik
mahasiswa. Lain halnya kalau diikuti gerakan baik fisik maupun gerakan materi
yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk berdiskusi, bertanya dan adu
argumentasi. Barangkali model gerakan kuliah dosen ini akan menarik
mahasiswanya.
Dari gerakan sesuatu
objek yang menarik perhatian seseorang ini akan timbul suatu persepsi. Dengan
demikian persepsi ditimbulkan dari proses penarikan sesuatu objek, dan objek
yang bergerak akan lebih banyak menarik perhatian seseorang dibandingkan dengan
objek yang diam (stationary objects).
6. Baru dan Familier, prinsip ini menyatakan bahwa baik
situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan
sebagai penarik perhatian. Objek atau peristiwa baru dalam tatanan yang baru
akan menarik perhatian pengamat. Contoh dari prinsip ini misalnya pergantian
pekerjaan (job rotation). Dengan
mengganti jenis pekerjaan para pekerja dari waktu ke waktu akan dapat
mengakibatkan menaikkan perhatian mereka terhadap tugas pekerjaannya.
Barangkali pergantian seperti ini akan
membosankan mereka, tetapi akan diperoleh bertambahnya perhatian mereka
sehingga mereka terbiasa dengan pekerjaan baru tersebut.
Faktor-faktor dari Dalam (Internal Set Faktors)
Beberapa faktor dari dalam diri seseorang yang
mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain: Proses belajar (learning), motivasi, dan kepribadiannya.
1. Belajar atau Pemahaman learning dan persepsi
Semua
faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga
menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan seperti
yang diuraikan dimuka. Kekomplekkan kejiwaan ini selaras dengan proses
pemahaman atau belajar (learning) dan
motivasi yang dipunyai oleh masing-masing orang. Seseorang anak muslim yang semenjak kecil
telah dipelajari oleh orang tuanya untuk mengenal bahwa daging babi itu haram
dimakan, dan anjing itu air liurnya mengandung najis, maka anak tersebut sampai
dewasanya akan mempunyai persepsi bahwa kedua binatang itu perlu dijauhi.
Persepsi seperti ini dibentuk dari proses pemahaman atau belajar.
2. Motivasi dan persepsi
Selain
proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalamnya yang juga
menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian. Walaupun
motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses
belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses
pemilihan persepsi. Untuk menjelaskan aspek motivasi dalam hubungannya dengan proses
seleksi persepsi tersebut, kiranya motivasi seks dan kelaparan adalah yang
paling menonjol. Contohnya suatu masyarakat yang miskin, orang-orang banyak
membutuhkan makanan maka setiap pembicaraan, penyebutan, atau juga pembauan
mengenai sesuatu jenis makanan akan merangsang perhatian dan minat orang-orang
dalam masyarakat tersebut.
Motivasi
sekunder juga memainkan peranan yang amat penting di dalam mengembangkan
rangkaian persepsi. Seseorang yang haus kekuasaan, butuh afiliasi, dan
memerlukan pencapaian hasil akan lebih besar perhatiannya pada
variable-variabel situasi yang relevan. Suatu contoh karyawan yang mempunyai
kebutuhan afiliasi, mau makan dikantin kantor, dia akan memberikan perhatian
pada meja yang akan ditempati banyak orang dibandingkan dengan meja yang hanya
ditempati satu karyawan. Walaupun contoh ini sangat sederhana, akan tetapi
peristiwa di kantin kantor itu menunjukkan bahwa persepsi mempunyai pengaruh
yang besar pada motivasi atau sebaliknya.
3. Kepribadian dan persepsi
Dalam
membentuk persepsi unsur ini amat erat hubungannya dengan proses belajar dan
motivasi yang dibicarakan di atas, yang mempunyai akibat tentang apa yang
diperhatikan dalam menghadiri suatu situasi. Sekelompok manajer-manajer muda,
akan mempunyai persepsi yang berbeda. Leavitt pernah melaporkan hasil
penelitiannya bahwa senior eksekutif mempunya masalah yang besar di dalam
menghadapi manajer-manajer muda yang menurut persepsinya tidak mau mengindahkan
hal-hal yang kecil dalam membuat keputusan-keputusan yang tidak menyenangkan.
Manajer-manajer muda seringkali tidak mau menaruh perhatian terhadap disiplin.
Manajer-manajer muda yang kepribadiannya jelas berbeda dengan senior eksekutif
tersebut, persepsinya terhadap disiplin, pekerjaan-pekerjaan kecil, dan hal-hal
lain yang membosankan, akan berbeda pula.
Sudah
pasti perbedaan di antara orang-orang tersebut cenderung memperlakukan stereotype berdasarkan umur. Akan tetapi
contoh-contoh di atas memberikan penjelasan betapa kepribadian, nilai-nilai,
dan juga termasuk umur dapat bekerja memberikan dampak terhadap cara seseorang
melakukan persepsi pada lingkungan di sekitarnya.
4. ORGANISASI PERSEPSI
Jika situasi berasal dari suatu situasi
yang telah diketahui oleh seseorang, maka informasi yang datang tersebut akan
mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsinya mengenai
sesuatu informasi dapat berupa pengertian tentang sesuatu objek tersebut.
Pengorganisasian persepsi itu meliputi tiga hal berikut ini:
·
Kesamaan dan ketidaksamaan, sesuatu objek yang mempunyai kesamaan dan
ketidaksamaan ciri, akan dipersepsi sebagai suatu objek yang berhubungan dan
tidak berhubungan. Artinya objek yang
mempunyai ciri yang sama dipersepsi ada hubungannya, sedangkan objek yang
mempunyai ciri yang tidak sama adalah terpisah. Sebagai contoh di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan para karyawannya memakai pakaian dinas
yang seragam berwarna abu-abu. Para pedagang, leveransir, dan kelompok
masyarakat lainnya akan mengenal jika ada orang dengan pakaian dinas abu-abu
membeli rokok di toko pedagang tersebut, maka persepsi pedagang toko tersebut pastilah
pegawai yang bersangkutan adalah pegawai Depdikbud.
·
Kedekatan dalam ruang, objek atau peristiwa yang dilihat oleh orang karena
adanya kedekatan dalam ruang tertentu, akan dengan mudah diartikan sebagai
objek atau peristiwa yang ada hubungannya. Seorang laki-laki, seorang wanita
dan dua anak berdiri bersama-sama di perhentian bis kota, akan disangka mereka
berfamili sedang menunggu bis. Beberapa orang pegawai yang bersama-sama
meninggalkan kantornya, akan dikira kepergiannya berhubungan satu sama lain,
mereka sepakat untuk membolos. Kejadian ini akan menciptakan beberapa kesan,
antaranya merosotnya moral pegawai dan jeleknya pengawasan.
·
Kedekatan dalam waktu, objek atau peristiwa juga dilihat sebagai suatu hal
yang mempunyai hubungan karena adanya kedekatan atau kesamaan dalam waktu.
Sebagai contoh, jika ada duat atau tiga pemimpin nasional meninggal
bersama-sama dalam waktu sangat dekat sekali, maka timbul desas-desus
terjadinya persekongkolan. Dua peristiwa yang terjadi berturut-turut sering dilihat
sebagai sebab akibat. Jika kemerosotan produksi kemudian diikuti dengan
pergantian produksi yang bertanggung jawab, maka akan dilihat pergantian
pejabat sebagai akinat merosotnya produksi. Atau yang lebih popular dalam
masyarakat ialah digantinya gubernur X, karena adanya kekalahan golongan Y
dalam pemilu di daerahnya. Kemudian orang
mencari-cari hubungan antara pergantian gubernur dengan kekalahan pemilu
golongan Y.
Demikianlah ketiga hal di atas merupakan proses
pengorganisasian persepsi. Setiap objek yang diketahui adanya kesamaan dan
ketidaksamaan, kedekatan dalam ruang, dan kedekatan dalam waktu, maka akan
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan suatu persepsi tertentu.
5. PERSEPSI SOSIAL
Aspek-aspek
sosial dalam persepsi memainkan peranan yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Persepsi sosial adalah berhubungan secara langsung dengan bagaimana
seorang individu melihat dan memahami orang lain. Karyawan-karyawan suatu
Departemen secara tetap akan terlibat dalam proses persepsi ini dalam hal
mereka mengenal, melihat, memahami, dan menilai satu sama lainnya. Pimpinan
akan melihat dan menilai stafnya. Stafnya melihat dan menilai atasannya.
Pengawas menilai yang diawasi. Sebaliknya yang diawasi menilai pula yang
mengawasi. Banyak terdapat bermacam-macam faktor yang masuk ke dalam persepsi
sosial ini, tetapi faktor utama yang dapat disebutkan ialah faktor psikologi
dan kepribadian.
Proses
persepsi sosial ini hanya akan melibatkan orang yang melihat atau menilai (perceiver) dan orang yang dilihat atau dinilai (perceived). Kedua pihak ini mempunyai karakteristik masing-masing,
dan karakteristik inilah yang mempengaruhi warna persepsi sosial tersebut.
Karakteristik orang-orang yang meniali (perceiver)
dapat dikemukakan antara lain:
-
Mengetahui diri
sendiri itu akan memudahkan melihat orang lain secara tepat.
- Karakteristik
diri sendiri sepertinya bisa mempengaruhi ketika melihat karakteristik orang
lain.
- Aspek-aspek yang
menyenangkan dari orang lain sepertinya mampu dilihat oleh orang-orang yang
merasa dirinya berlebihan.
-
Ketepatan
menilai orang lain itu tidaklah merupakan kecakapan tunggal.
Empat karakteristik ini mempunyai mempunyai peranan
yang besar bagi seseorang dalam melihat orang lain pada situasi lingkungan
tertentu. Persepsi seseorang terhadap orang lain tidak bisa dilepaskan dari
empat karakteristik ini, sehingga dengan demikian dapat dipahami mengapa
seseorang ketika melihat orang lain ukurannya selalu dipulangkan pada dirinya sendiri.
Adapun
karakteristik dari orang-orang yang dilihat atau dinilai (perceived) dalam proses persepsi sosial itu antara lain:
-
Status orang
yang dinilai akan mempunyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang
menilai.
-
Orang yang
dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu. Hal ini untuk
memudahkan pandangan-pandangan orang yang menilai. Biasanya kategori tersebut
terdiri dari kategori status dan peranan.
-
Sifat perangai
orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi
orang lain pada dirinya.
Demikianlah
beberapa karakterisitk dalam proses persepsi sosial antara orang yang
mempersepsi dan orang yang dipersepsi. Orang-orang dalam suatu organisasi
tertentu, karyawan dalam suatu departemen, atau antara orang dan mahasiswa
dalam rangka prose persepsi diantara mereka itu akan selalu dipengaruhi oleh
karakteristik-karakteristik tersebut. Sebagai contoh apabila manajer atau
pimpinan biro suatu departemen merasa puas akan dirinya, merasa gembira dan
senang hati, kebetulan orang lain yang datang padanya perawakannya gagah,
menarik, simpatik, dan sopan, maka manajer atau pimpinan tadi akan mempunyai
persepsi yang positif terhadap orang tersebut. Sebaliknya jika manajer atau
pimpinan biro tadi dalam kondisi yang tegang, kalut, dan marah, datang
kepadanya seorang tamu yang agak sombong, banyak omong membanggakan prestasi
kerjanya, maka persepsi manajer atau pimpinan biro tadi jelas akan negative,
perbuatan perilaku yang tidak menyenangkan.
Beberapa hal yang ikut menentukan peranan dalam
proses sosial yang menghasilkan suatu perilau, dapat kiranya disebutkan sebagai
berikut:
Atribusi (Atribution)
Secara
sederhana atribusi ini diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang
mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Di sini seseorang tadi
tidak hanya tertarik mengamati perilaku dalam organisasi saja, melainkan
mencari jawab penyebab dari perilaku orang lain yang diamati. Penilaian
orang-orang dan reaksinya terhadap perilaku orang lain barangkali banyak
dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa orang lain itu bertanggung jawab atas
perilakunya. Contoh perbuatan atribusi itu misalnya, ketika produksi naik
manajer yang bertanggung jawab atas kenaikan produksi itu akan dinilai tidak
cakap kalau penyebab kenaikan karena mesin-mesin yang baru dipasang, bukan
karena kecakapannya. Banyak orang mengira bahwa distorsi persepsi antara satu
orang dengan orang lain maupun antara banyak orang lagi, dicari sebab
kesalahnnya dari perlikau orangnya, bukannya dari penyebab lingkungannya.
Proses
atribusi ini amat bermanfaat dalam persepsi sosial, karena dengan meneliti
sebab-sebab terjadinya suatu perilaku diharapkan persepsi seseorang terhadap
orang lain itu sesuai. Sebagai contoh di atas manajer produksi yang berhasil meningkatkan
produksi. Kalau sebab-sebab penyebab kenaikan produksi diketahui, setelah
dilakukan atribusi yakni karena mesin-mesin baru. Maka penghargaan kepadanya
akan berlainan apabila kalau manajer produksi tadi menaikkan produksinya karena
atribusi lain misalnya keahlian dan kecakapannya.
Persepsi
dan perilaku itu tergantung akan banyak sebab baik sebab-sebab internal,
atribusi personal atau sebab dari luar, atribusi situasi yang terjadi, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain, pola atribusi sebab-akibat seseorang itu akan
banyak mempengaruhi persepsi sosial.
Stereotype
Stereotype ini dapat diartikan sebagai lanjutan dari proses
atribusi di atas. Stereotype adalah
suaru proses yang cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagain dari suatu
kelas atau kategori. Selain itu di dalam stereotype
ini terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang disandang, dan
timbulnya suatu perbedaan antara sifat yang disandang dengan sifat-sifat
senyatanya.
Istilah
stereotype ini berasal dari kata-kata
yang dipergunakan sehari-hari oleh tukang cetak untuk mengeset tipe-tipe huruf
yang sudah ada pada batangan-batangan cetakan. Kemudian istilah ini dipinjam
oleh Walter Lippman pada tahun 1972, untuk dipergunakan dalam peristilahan
persepsi. Patut diketahui dalam stereotype
ini adanya suatu kenyataan yang tak dapat diungkiri, yakni suatu atribut
yang menyenangkan. Seperti yang dikemukaka oleh ahli-ahli psikologi sosial,
bahwa stereotype itu bukanlah
penugasan yang sederhana dari sifat-sifat yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan ke dalam suatu kelas orang-orang, sebagai suatu fungsi dari apakah
pengamat mempunyai sikap yang positif atau negative di dalam mendukung kategori
orang-orang tersebut. Hampir sebagian besar stereotype
mempunyai keduanya yakni sifat-sifat yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan, dan semkain besar prejudis seseorang, maka semakin besar pula
kadar sifat keduanya.
Jika
seseorang melakukan stereotype kepada
orang lain, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan orang tersebut.
Dia hanya mengetahui hal-hal yang bersifat umum dari suatu kategori yang
disifatkan kepada orang yang dilihat (perceived).
Sebagai contoh orang-orang hitam (negro) itu kasar-kasar, orang kulit putih
yang berambut pirang itu periang, orang Batak itu keras dan energik, orang Jawa
halus dan sopan, dan lain sebagainya. Namun demikian setiap orang-orang itu
adalah unik, sifat-sifat asli dari orang tersebut secara umum akan sangat
berbeda dari stereotype yang
diterapkan kepadanya.
Proses
stereotype ini amat besar peranannya
di dalam mempengaruhi persepsi sosial. Banyak kelompok-kelompok yang pada
umumnya telah diberikan stereotype masing-masing dalam sesuatu organisasi.
Di antara kelompok-kelompok itu antara lain: kelompok pimpinan atau manajer,
kelompok pengawas, kelompok staf ahli, dan kelompok supir. Di dalam masyarakat
terdapat pula kelompok-kelompok stereotype
ini, misalnya kelompok pedagang, kelompok pemborong, kelompok wanita,
kelompok mahasiswa, kelompok petani, dan lain sebagainya. Masing-masing
kelompok ini menyandang sifat-sifat tertentu hasil consensus stereotype ini. Sebagai contoh
masyarakat mengenal sifat pedagang itu pembohong, pengawas dalah pencari
kesalahan, wanita lemah-halus perasaan dan emosional, insinyur atau staf ahli
itu selalu membawa kalkulator, dan lain sebagainya.
Walaupun
pada kebyatannya banyak terdapat perbedaan antara sifat-sifat yang telah
disetujui dalam stereotype dengan
sifat-sifat senyatanya, tetapi proses semacam itu berlangsung di dalam
menimbulkan persepsi sosial. Sehingga proses stereotype ini amat besar pengaruhnya di dalam ilmu perilaku
organisasi.
Halo Effect
Kesalahan
atau penyimpangan yang dilakukan oleh halo
effect terhadap persepsi sosial sama halnya dengan yang diperbuat oleh stereotype. Hanya bedanya stereotype melihat seseorang itu
berdasarkan atas suatu kategori tunggal dari suatu kelas atau golongan,
sedangkan halo effect melihat
seseorang berdasarkan atas satu sifat saja.
Halo effect dipergunakan untuk menilai pelaksanaan kerja
seseorang berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai.
Sifat-sifat itu antara lain karena kerajinannya, kecerdasannya, penampilan,
ketergantungan, kerja sama, kedisiplinan, dan lain sebagainya. Satu sifat yang
kebetulan dilihat oleh penilai, dapat menutupi sifat-sifat lainnya. Sebagai
contoh dari halo effect ini misalnya,
seorang sekretaris wanita yang menarik, dia dilihat atau dinilai oleh atasannya
(boss) laki-laki, sebagai seorang yang cerdas, pekerja yang baik dan
bertanggung jawab, padahal kenyataannya ia seorang pengetik yang bodoh.
Sebaliknya seorang wanita yang pandai dan cemerlag, tetapi ia dilihat oleh
atasannya laki-laki hanya sebagai pembanatu, bukannya sebagai orang yang bisa
memimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Dengan
melihat pengertian dan contoh halo effect
tersebut, kiranya dapat dipahami bahwa halo
effect mempunyai pengaruh yang besar terhadap persepsi sosial. Suatu hasil
penelitian mencatat bahwa ada tiga kondisi yang membuat halo effect terjadi, yakni:
1.
Ketika
sifat-sifat yang dilihat tidak jelas Nampak pada ekspresi perilaku,
2.
Ketika
sifat-sifat tersebut tidak sering dijumpai oleh penilai,
3. Ketika sifat-sifat tadi mempunyai implikasi moral.
Daftar Pustaka:
Thoha, Miftah. 2007. Perilaku Organisasi; konsep dasar dan
aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers
Kak saya mau tanya, apa alasan seseorang yang belum pernah bertemu sudah memiliki persepsi negatif kepada orang tersebut? Lalu bagaimana solusinya agar tidak menimbulkan persepsi negatif yang berlebihan? Mohon penjelasannya.
BalasHapusMenurut pendapat saya, karena persepsi itu diperoleh dari alat indera baik penglihatan maupun perasaan. Salah satu contohnya ketika ketika melihat seseorang yang berpenampilan tidak rapi, karena dalam memori kita sudah menganggap bahwa seseorang yang berpenampilan tidak rapi maka memiliki karakter yang tidak baik pula. Sehingga hal itulah yang menimbulkan persepsi negatif. Solusi agar persepsi negatif tidak berlebihan adalah dengan selalu berpikir positif kepada siapapun tanpa menjudge siapapun terlebih dahulu dengan melihat orang tersebut dari penampilannya.
HapusBagus banget kak artikelnya, bisa buat nambah pengetahuan kita dalam melakukan komunikasi.
BalasHapusTerimakasih, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk membaca info lainnya untuk menambah pengetahuan.
Hapus